SenangDomino – Momen ini berjalan beberapa waktu waktu lalu di awalnya 2012. Di Sabtu malam yang cerah saya sangat terpaksa menanti rumah sendirian. Keluarga semua pergi ke Jakarta hadir acara pernikahan saudara sepupuku.
saya perkenalkan diri dahulu. Namaku Reno, 28 tahun. Tampangku biasa saja dengan kulit sawo masak. dengan tinggi 170 cm serta berat 70 kg. Pembaca mungkin menduga saya gendut. Itu benar-benar tidak pas sebab saya rajin fitness sampai otot2ku juga tercipta meskipun tidak sekekar Ade Rai . saya kerja di satu perusahaan swasta di kotaku. saya tinggal di kota kecil dibagian Barat pantura Jawa Tengah. Serta saat ini saya masih tetap menyandang predikat jomblo. Akan tetapi saya tetap santai menjalaninya.
Sabtu malam itu tidak seperti umumnya. Teman-temanku yang beberapa jomblo pun (mungkin saya butuh membuat perkumpulan Jomblo Merana, hehehe…) tidak keliatan batang hidungnya. saya yang nungguin rumah sendirian pada akhirnya hanya dapat duduk sekalian menyedot rokok putih di teras depan rumah sekalian bersihkan mata pada cewe-cewe yang melalui di jalan depan rumahku. Tidak berasa jam telah tunjukkan jam 11 malam. Perasaan kantuk telah mulai menyerang. saya juga bergegas masuk ke rumah. Demikian tanganku akan mencapai gagang pintu, saya dikagetkan nada becak yang direm mendadak. Spontan saya simak ada yang berlangsung. Nyatanya seseorang wanita kira2 berusia 40 tahunan turun dari becak lalu membayar biaya ke abang becak. saya masih tetap terpaku lihat apakah yang akan dikerjakan oleh wanita dengan kulit sawo masak serta wajahnya sensual itu. Tingginya kurang lebih 160 cm serta beratnya mungkin 60 kg dengan payudara yang besar kira2 36C serta pantat yang besar juga dan perut yang tidak rata kembali. Wanita itu menggunakan pakaian terusan dengan rambut digelung ke atas meningkatkan kesensualannya. Tiada dikomando penisku kembali berdiri tegang.
“Permisi…”, nada lembutnya membuyarkan lamunanku. “Eh…iya, Bu…”, jawabku sekenanya. “Pak Atmonya ada?”
saya jadi bingung sebab nama orang tuaku bukan Atmo. Secara cepat saya baru sadar jika rumah yang saya menempati saat ini dahulu ialah punya Pak Atmo yang saat ini telah geser di kota di propinsi Jawa Tengah sisi Selatan.
Pada akhirnya saya terangkan kepadanya mengenai kondisi sekarang ini. Ia juga bingung akan ke manakah sebab tidak ada sanak sodara di kota ini. Lalu saya persilakan masuk wanita itu ke ruangan tamu. Sesudah lewat pembicaraan singkat bisa kuketahui jika wanita itu bernama Tuminah, sepupu Pak Atmo dari Boyolali serta saya tahu jika ia sudah hidup menjanda saat 10 tahun sejak kematian suaminya.
“Dik Reno, ibu sekarang ini bingung ingin tidur dimana. Lha wong telah malam berikut. Ingin meneruskan perjalanan tidak ada bis kembali,” kebingungan mencakup dianya. “Sudahlah Bu Minah…Ibu sesaat menginap di sini dahulu. Besok Ibu dapat ke tempat Pak Atmo,” saya coba menenangkannya sekalian mataku mencuri-curi pandang mengarah gundukan di dadanya yang membusung itu.
Tahu hal tersebut Bu Minah jadi salah tingkah sekalian tersenyum penuh makna. Pada akhirnya Bu Minah sepakat untuk menginap di rumahku. saya buat persiapan kamarku untuk tidur Bu Minah. Tidak lupa saya buatkan teh panas untuk beri kesegaran tubuhnya. Lalu saya persilakan Bu Minah untuk bersihkan tubuh dahulu di kamar mandi.
saya menanti dengan melihat tivi di ruangan tengah. Bayangan badan montok Bu Minah jadikan burungku jadi semakin berdiri keras. Ditimpali nada kecipakan air di kamar mandi terdengar dari tempatku.
“Mas Reno…” saya dikagetkan panggilan Bu Minah dari kamar mandi. “Iya Bu… Ada apakah? ” saya bergegas ke arah ke kamar mandi. “Ibu lupa tidak bawah handuk. Ibu bisa pinjem handuk mas Reno?” terdengar nada Bu Minah dari balik pintu kamar mandi. “Boleh kok, Bu. Saya ambilkan sesaat, Bu”, saya mengambil handukku di jemuran belakang.
“Ini Bu handuknya” perlahan-lahan pintu kamar mandi dibuka oleh Bu Minah. saya berikan handuk ke tangan Bu Minah yang meraih dari balik pintu. Tidak kusangka sodoran tanganku sangat keras hingga menggerakkan pintu terbuka lebar sampai badanku terhuyung ke depan turut masuk ke kamar mandi. saya menubruk tubuh Bu Minah. saya peluk badan bugil Bu Minah supaya saya tidak jatuh. Bu Minah juga memeluk tubuhku erat-erat supaya tidak terpeleset. “Aahhh…”, Bu Minah menjerit kecil. saya rasakan buah dada bu Minah yang besar itu dalam pelukanku. Penisku langsung tegang tentang perus Bu Minah. Beberapa menit kami terdiam.
“Ih, mas Reno kok meluk saya sih…” tuturnya manja tiada melepas pelukannya padaku. Wajahku merah padam. saya tidak dapat sembunyikan hasratku yang meletup-letup. “Kaalauu…akkuu lepass …nantii akku simak ibu Minah telaanjaang donggg..”, jawabku terbata-bata dengan nafas tersengal meredam gejolak birahi. saya tekan-tekan penisku yang masih tetap terbungkus celana ke perutnya.
“Aacchh…sungguh sangat nikmat,” batinku sebab saya baru pertama-tama ini memeluk wanita dalam kondisi telanjang bundar. “Burung mas Reno nakal…” tuturnya manja sekalian tangannya merogoh penisku dari balik celana training yang saya gunakan. Dielus serta dikocoknya perlahan-lahan penisku. “Ouuugghhh…” saya cuma dapat mendesah. “Burung Mas Reno besar sekali…” saya tidak paham apa dengan panjang 16 cm serta diameter 4 cm itu penisku termasuk juga besar, entahlah mungkin Bu Minah awal mulanya cuma tahu penis di bawah ukuranku. Serta saya juga tidak tinggal diam. saya remes-remes teteknya yang gede itu sekalian saya emut putingnya.
“Mmmhhh… enak sekali mas…”
Tangan kiriku langsung turun ke vaginanya yang mulai basah itu. saya gesek-gesek dengan jariku serta saya mainkan klitorisnya…
“Mas….” cuma itu yang dapat Bu Minah katakan dengan mata sayu sesaat tangannya masih tetap mengocok penisku dengan perlahan. “Mas…Mas Reno….saya wis ora kuat….” suaranya parau “Masukin saat ini ya, Mas….”
saya jadi bingung sebab tidak pernah ml awal mulanya. Dengan malu-malu saya juga beranikan diri menanyakan, “Bu, triknya bagaimana?” Bu Minah tersenyum genit. “Oh mas Reno masih tetap bujang tong-tong to?” Lalu Bu Minah membalikan badannya dengan berpegangan pada bak mandi Bu Minah ambil tempat nungging. saya yang sudah tidak sabar langsung mengarahkan penisku ke vagina yang merah merekah dengan rambut kemaluan yang tercukur rapi tetapi tidak berhasil sebab saya tidak paham lubang kesenangan itu. “Sini mas Reno agar saya bantu…” Bu Minah yang memahami keadaanku langsung menyamber batang penisku lalu diarahkannya ke lubang vaginanya.
Kepala penisku menyentuh bibir vaginanya. Oouugghhh… benar-benar kesenangan yang mengagumkan yang baru saya rasakan. Lalu saya dorong penisku ke vagina Bu Minah. Cukup sulit memang. “Mas…pelan-pelan. saya sudah lama tidak kaya gini…” nada Bu Minah terdengar lirih ketahan. saya majukan kembali penisku sampai tinggal setengahnya yang belumlah masuk ke lubang kesenangan. Bu Minah memaju mundurkan pantatnya berkali-kali. Dan… Slleeepppp…. penisku seperti tertelah semua oleh vagina Bu Minah. saya maju mundurkan penisku secara cepat seperti yang saya simak di BF.
“Ooohhhh….masss….mmmhhhh….” cuma itu yang keluar dari mulut Bu Minah. saya rasakan sensasi yang begitu luar biasa…
Serta belumlah ada 30 kocokan saya rasakan akan memuntahkan spermaku.”Bu…. saya ingin keluar…” saya percepat sodokan-sodokan penisku ke vagina Bu Minah. Dengan pergerakan yang luwes Bu Minah memutar-mutar pantatnya menyeimbangi sodokanku. Lihat goyangan pantat Bu Minah yang erotis itu saya makin tidak mampu meredam laju spermaku. saya percepat sodokanku…. dan… “Ooouuugggghhhh…..” saya tekan kuat2 penisku sampai menyentuh basic rahim Bu Minah. “Crrootttt…..ccrrrooottt….cccrrottt….” penisku menyemburkan sperma sekitar 15 kali ke vagina Bu Minah.
Goyangan-goyangan erotis pantat Bu Minah menemani siraman spermaku. “Oooohhhhh….” saya terkulai lemas. saya peluk badan Bu Minah dari belakang dengan tangan meremas2 tetek Bu Minah yang besar walopun telah cukup kendur. Sesaat penisku yang masih tetap tegang terbenam dalam vagina Bu Minah yang enak itu. Nafas kami masih tetap tersenggal-senggal. Lama kami terdiam menghayati sisa-sisa kesenangan yang barusan dilewati.
“Mas Reno….” Bu Minah lirih memanggilku. “Udahan dahulu ya Mas.., saya lelah sekali. saya ingin istirahat dulu”. saya dapat mengerti keadaan badan Bu Minah sesudah lakukan perjalanan panjang.
Pada akhirnya saya tidur bareng Bu Minah di kamarku. Serta tentu saja masih tetap ada kejadian2 kesenangan yang kami kerjakan berdua sesudah itu.
REPOST BY : SITUS POKER ONLINE, SITUS CASINO ONLINE