Rajabakarat Situs Casino Online Terpercaya Di Indonesia

Minggu, 03 Februari 2019

Cerita Panas - Aku Ingin Mengalahkan Permainan Ngentot ini


Cerita Panas – Buat pembaca sekalipun yang sudah membaca pengalamanku awal mulanya berjudul “Score kami Nol-Nol” pasti sudah tahu bagaimana awalannya. 

Saya miliki gagasan kembali pada Jakarta untuk masalah Imigrasi. Sheena senang dengar saya akan kembali pada Jakarta. Tetapi untuk ubah situasi, saya usulkan untuk bercinta dalam tempat lainnya yang kami berdua tidak pernah datangi. Seteh pilih-pilih tempat serta sesuai dengan ukuran kantong kami, kami lantas pilih Kuala Lumpur, sekalipun mengevaluasi Petronas Twin-Towers. 
Jadilah saya terbang ke Jakarta. Setibanya di Jakarta, Sheena langsung kukabari akan tetapi sebab Sheena masih tetap masuk kantor serta akupun repot masalah imigrasiku, kami baru dapat janjian bertemu di hari sabtu, walau sebenarnya esoknya hari minggu telah harus pergi ke Kuala Lumpur. Buat pembaca yang ingin tahu pertemuan kami ini bacalah cerita “Membuat Skor Bersama” 

***** 


Singkat Narasi, kami berdua berjumpa di Cengkareng, tiada ciuman serta gandeng tangan, kami ke arah counter check-in, selang beberapa saat kami berdua telah duduk di kursi pesawat yang siap pergi ke Kuala Lumpur. Sesudah pesawat mengudara serta seat-belt telah bisa dilepaskan, tangan Sheena singgah di pahaku, automatis batangku jadi tegang. Sebab saya gunakan Jeans, batang kemaluanku jadi cukup sakit. Dia rupanya telah memahami. 
“Adikmu sakit ya Mas?” tanyanya bercanda sekalian mengelus-elus pahaku. Batang kemaluanku jadi makin tegang. Saya lantas minta selimut pada awak cabin, bukan kedinginan sebab AC, tetapi agar tidak ada yang lihat saya melonggarkan ikat pinggang serta turunkan resletingku. Sebab gunakan selimut tangan Sheena jadi lebih berani masuk ke sela resletingku, pada akhirnya sampai batang kemaluanku yang masih tetap ditutup celana dalamku yang telah basah ditempat. 

Walau Sheena benar-benar pintar dalam berencana rangsangan, tempat kursi pesawat tidak sangat mungkin melakukan perbuatan beberapa macam tiada ‘bikin heboh’. Dengan sangat terpaksa kutahan nafsu birahiku, tetapi saya masih ingin balas agar iapun jadi ‘susah’. Dari dalam selimut, tanganku mengelus-elus dadanya. Menyengaja saya tidak masukkan jari-jariku ke pakaiannya, cukuplah kuelus dari luarnya saja. Sesudah kulihat Sheena jadi cukup “tidak tenang”. Dia mendengus perlahan, “Enghh.. hh..” 
Tanganku kuturunkan ke pahanya serta selalu ke pada ke-2 pahanya. Saya sukses membuat rasakan rangsangan birahi yang saya tahu tidak dapat dialirkan. Dia hanya dapat mendesah, “Hhh.. hh.. hh..” 

1/2 perjalanan telah berlalu, kami berdua masih tetap selalu sama-sama meraba dengan arah merangsang pasangan semasing agar pada ‘nggak tahan’ kembali. Tetapi tau-tau mesti kami stop sebab ada seseorang wanita minta pertolongan, rupanya TKW yang tidak paham langkah isi kartu register kehadiran untuk bandara Kuala Lumpur. Sebab terganggu nafsu kami jadi hilang serta kami berdua jadi senyum-senyum sendiri. 

Datang di Kuala Lumpur, kami langsung ke arah hotel MLA di seputar jantung kota Kuala Lumpur. Seperti umumnya check-in, diantar oleh pelayan hotel ke kamar, pasang sinyal DO NOT DISTURB di gagang pintu, kunci pintu. 
“Sayang.. pada akhirnya sampai pun ya,” buka keheningan. 
Saya terasa badanku cukup hangat serta sendi-sendiku cukup linu seperti ingin sakit flu. Soalnya baru perjalanan jauh dari Brisbane ditambah tempo hari (Sabtu, baca cerita “Membuat Skor Bersama”) barusan ML ‘keluar bareng’ di Jakarta. 
“Ehm..” 
Saya tahu kalu dia telah malas ngomong bermakna saya mesti tahu diri janganlah kaya NATO (No Action Talk Only) yang dahulu. Kupeluk dia dengan lembut serta mesra dari belakang, ke-2 telapak tanganku menelungkupi ke-2 buah dadanya, kucium belakang telinganya lantas turun ke leher kanan, kukecup serta kusedot lehernya. 
“Enghh.. sshh..,” dia mulai mendesis, dia tidak cemas kembali akan sinyal merah di lehernya. 



Ciumanku perlahan-lahan geser ke leher kiri sekalian ke-2 tanganku mengusung pakaiannya ke atas. Dia mengusung ke-2 tangannya ke atas mempermudah pakaiannya dilepaskan keatas. Pakaiannya kulemparkan ke kursi, saya lantas buka bajuku sendiri. 
Saya masih berdiri dibelakang Sheena, sekarang saya sudah bertelanjang dada tengah badan sisi atas Sheena cuma kenakan BH. Kembali kupeluk dia dari belakang, bibirku mencium telinganya, ke-2 tanganku berjalan naik dari perutnya kebawah buah dadanya. Perlahan-lahan jari-jari tanganku menyelip keatas dalam BHnya, langsung menangkup ke-2 buah dadanya. 

“Aduh.. Ari.. enak.. auuhh” 
Tangan kiriku masih selalu menyelip di BHnya tengah tangan kananku berjalan keluar lantas ke punggungnya, melepas Klip BHnya. Lepaslah BHnya, sekarang ke-2 tanganku bebas memutar-mutar ke-2 putingnya dengan bertepatan. 
“Auh.. enghh..,” desisnya semakin jelas terdengar. Sesaat lalu dia mendadak kembali hingga tanganku lepas dari buah dadanya. Dia lantas mencium serta melumat bibirku. Tanganku tadi lepas saat ini sudah temukan kembali ke-2 buah dadanya yang sekarang ada didepanku. Kuelus-elus ke-2 buah dadanya lantas kupencet lembut putingnya dengan ibu jari serta jari telunjukku. 

Tiada melepas ciumannya, tangan-tangan Sheena buka ikat pinggangku serta membuangnya ke kursi. Resletingku di turunkan, automatis Jeansku jadi longgar, lantas Sheena turun berjongkok di depanku turunkan Jeansku yang telah longgar itu. Batang kemaluanku telah mengeras, ujung kepalanya muncul dikit dari atas celana dalamku yang berwarna merah. Dia lantas tempelkan hidungnya ke batang kemaluanku di luar celana dalamku sekalian jari telunjuk kanannya disentuh-sentuhkan keujung kepala kemaluanku yang muncul dari celana dalamku. 

Dengan telunjuknya itu, dia oles-oleskan cairan beningku sampai rata ke topi bajaku, lantas dipelorotkan celana dalamku mengakibatkan batang kemaluanku mental kedepan seperti pegas serta tentang hidungnya. Dia mendongak serta memundurkan dikit hidungnya sekalian buka mulutnya, automatis kepala kemaluanku jatuh dalam mulutnya. Dia lantas tutup mulutnya serta mengisap kepala kemaluanku sekalian melirik keatas memandang mataku. 

Oh.. sangat nikmat hisapan mulutnya itu. Tiada menggenggam batang kemaluanku, dia selalu mengisap, mengulum serta pelan-pelan memasuk-keluarkan kemaluanku. Susah kunyatakan nikmatnya kuluman serta hisapannya. Sekurang-kurangnya 15 menit saya terbuai dalam kondisi berdiri. Selang sesaat saya ingin gantian kerjain ia, kuangkat, kugendong lantas kurebahkan tubuhnya terlentang di atas ranjang. Saya telah dalam kondisi telanjang sedang dia masih tetap menggunakan celana panjang walau sisi atasnya telah tiada baju kembali. 

Saya lantas berjongkok disamping bawah tempat tidur, buka ikat pinggangnya, turunkan resletingnya lantas menarik terlepas Jeansnya. Celana dalamnya terlihat cukup lembab, selekasnya saya tarik turun melalui kakinya. sekarang lengkaplah telah dia telanjang bundar dihadapanku. Kutarik kakinya agar pantatnya rata dengan pinggir tempat tidur di mana saya berjongkok. 

Dia telah bisa menebak apakah yang akan kulakukan karena itu iapun buka ke-2 pahanya. Saya tahu kemaluannya ingin dijilati serta digelitiki oleh lidahku, tetapi saya mengawalinya dengan menjilati pangkal pahanya dahulu, yang kanan lantas yang kiri, lalu justru naik keperut. Pantatnya bergerak-gerak, iapun menggeliat serta mengeluh, “Emmhh.. uusshh” 
Saya belum juga ingin menjilati vaginanya. Sekalian menciumi perutnya, kusibak bulu-bulu kemaluannya hingga terlihat belahan bibirnya. Jari telunjuk kananku kumasukkan pelan-pelan dalam lubangnya lantas pelan-pelan kuputar-putar sedang ciumanku selalu berjalan naik kedadanya. 

“Auh.. aduh.. Ari.. kamu hilang ingatan..” 
Akupun jadi semakin bernafsu, kusedot puting kanannya sedang puting yang kiri kujepit dengan jari-jari tangan kiriku sesaat jari telunjuk tangan kananku masih tetap terbenam di lubang kemaluannya. Kadang-kadang kurasakan cincin vaginanya menjepit jariku. Walau dalam kondisi terangsang, saya masih tetap dapat terpesona, bagaimana mungkin jari telunjukku sekecil ini dapat dijepit sekeras ini. Jika tidak rasakan sendiri rasa-rasanya saya susah yakin. Puting susunya selalu kelumat, sedot serta di mulutku kujilati ujungnya. Sheena cuma dapat menggenggam rambut serta kepalaku sekalian meredam kesenangan yang menderanya. 

Sekarang kurasakan telah waktunya mulutku kuturunkan dari buah dadanya, sasarannya ialah sela di antara ke-2 pahanya. Kubuka ke-2 pahanya lebih lebar kembali hingga belahan vaginanya turut dikit buka. Selekasnya kubenamkan lidahku membelah celahnya. Kesempatan ini dia langsung menjerit “Awh.. uh..” mengejang, tidak sadar badannya cukup bangun membungkuk keatas. Lidahku lantas menyapu belahannya itu keatas serta kebawah sekalian ke-2 tanganku mengelus-elus pangkal pahanya serta seputar lubang kemaluanya, kadang-kadang kutekan-tekan gundukan bibir kemaluannya. 
“Ouh.. Ari.. selalu sayang.. uuhh.. sayang.. aduhh” 
Seranganku kutingkatkan kembali, dengan jari-jari tanganku kubuka lebih lebar kembali belahan vaginanya sampai kulihat sisi dalam kemaluannya yang kemerahan. Selekasnya kusapu kembali dengan lidahku. 
“Aawww.. Ri.. aduh.. selalu sayang..selalu..aduh.. hilang ingatan kamu Ri..” 



Rasa-rasanya hampir 20 menit mulut serta lidahku melekat serta menyapu lubang kemaluannya, telah saatnya bagiku untuk masukkan penisku dalam lubang kemaluannya ini. Kemaluanku juga telah keluarkan cairan bening dari barusan. Saya lantas bangun berdiri tapi cukup berkunang-kunang sebab kelamaan jongkok. Tiada percuma kembali, kuarahkan penisku ke lubangnya yang telah basah karena liurku serta cairan vaginanya. Bless.. masuklah batang kemaluanku ke vaginanya. Rupanya dia memang menyengaja tidak ‘mengunci’ cincinnya itu dengan demikian tidaklah terlalu susah untuk menembusnya. 

Dengan masih berdiri di pinggir ranjang, saya berjalan memompa maju mundur. Kembali lagi dia belum juga ingin memakai cincinnya itu hingga saya masih tetap bisa memompa maju mundur secara cepat, tapi erangannya semakin keras terdengar tiap-tiap batangku melesak masuk. Saya selalu memompa secara cepat tiada istirahat, saya mengharap benar dengan style baru kesempatan ini saya bisa membuat ‘keluar’ lebih dulu. Harapanku rupanya hanya masih jadi keinginan, telah melalui 25 menit semenjak kumasukkan kemaluanku serta berjalan non-stop mengocoknya berikut, masih tetap belumlah ada pertanda dia akan ‘keluar’.

Sebab ‘olah raga memompa maju mundur’ ini kulakukan terus-terusan sembil berdiri, keringatku mulai keluar membasahi tubuhku, pinggangku mulai lelah, tetapi kumantapkan niatku untuk bertahan mengocoknya. Saya lantas katakan kepadanya, “Masih bandel pun ya? Saya ingin simak, kamu atau saya yang keluar duluan.” 

Baru tuntas omong, tidak diduga kurasakan susah untuk maju mundur sebab batangku seperti dicengkram oleh cincin vaginanya. Auhh.. sekarang giliran saya yang keenakan. Rupanya saya omong sangat sesumbar hingga dia ingin ‘memberi pelajaran’ padaku. Batang kemaluanku betul-betul seperti dicengkram serta diremas, seret sekali masuk keluarnya. 15 menit kembali melalui, sekarang penisku telah mulai berdenyut-denyut rasa-rasanya kesempatan ini kok saya akan tidak kuat meredam jepitannya. 
“Kamu lelah Say? saat ini gantian ya, terlepas dahulu dong, lantas kamu naik ke sini sekalian sandaran kedinding ya.” Akupun mencabut batang kemaluanku dari vaginanya. Tanganku ditariknya supaya saya naik ke ranjang. Dia lantas membantu menggerakkan supaya saya berjalan menyandar ketembok dibelakang tempat tidur. 

Sesudah saya duduk disamping atas tempat tidur sekalian bertumpu ketembok Sheena naik ke pahaku, berjongkok lantas masukkan batangku ke vaginanya, lantas pelan-pelan turunkan tubuhnya sampai duduk di selangkanganku. Ujung kemaluanku rasa-rasanya seperti mentok ke dinding rahimnya. 

Dia melingkarkan ke-2 tangannya ke belakang leherku lantas bibirnya mencium serta melumat bibirku, ke-2 buah dadanya berasa mendesak dadaku. Kurasakan batang kemaluanku yang tengah tenggelam jadi lebih mengeras serta berdenyut di dalam kemaluannya. Cengkraman cincinnya kembali menimpa batang kemaluanku, sekarang iapun meningkatkan serangannya dengan menaikturunkan tubuhnya sekalian ‘cincin’ vaginanya menjepit kemaluanku tengah mulutnya menutup mulutku. Ke-2 buah dadanya mendesak serta menggesek dadaku. 

Dalam kurang dari 15 menit saya telah dibikin megap-megap meredam serangannya. Iapun berhenti turun naik untuk meberi saya napas, akan tetapi cincin vaginanya masih dia rapatkan. Saya benar-benar bingung, bagaimana dia dapat menjaga kontraksi cincinnya non-stop saat itu. Dia tersenyum penuh kemenangan, tuturnya “Kalau saya ingin saat ini kamu telah kalah” 

Dalam hati saya mengaku jika dia benar. Akupun menjawab, “Ok, pada akhirnya kamu menang.” 
Saya masih tetap bingung kok saya dapat ditaklukkan dalam keseluruhan waktu cuma seputar 1 jam 30 menit, walau sebenarnya umumnya ‘pertarungan’ku dengan Sheena biasanya sampai keseluruhan 4 atau 5 jam, itupun tetap selesai seri 1 – 1 sebab keduanya sama setuju mengalah untuk ‘keluar’. Saya belum juga sadar jika saya telah mulai terkena flu semenjak datang di Airport barusan serta sampai saat ini belumlah istirahat. 

Sheena mencium keningku, pipiku serta bibirku, sekalian selalu mempermainkan cincin vaginanya. Jepit, longgar, jepit, longgar, mungkin istilahnya empot ayam. Dia tidak menaikturunkan pantatnya sebab dia sadar akan kondisiku yang hampir di puncak, akan tetapi dia ingin supaya saya rasakan nimatnya ‘proses ke puncak’ tiada sampai ‘kelewatan’. 



“Udahan dahulu ya, kita mandi yuk, kan dari Jakarta sampai saat ini belumlah mandi,” tawarnya. 
“Boleh.. agar istirahat sedikit.. kamu nyalain dahulu airnya ya agar bath-tub nya terisi,” kataku. 
Dia meningkatkan pantatnya melepas batang kemaluanku dari vaginanya lantas turun dari tempat tidur ke arah kamar mandi serta menghidupkan kran air di bath-tub. Saya lalu bangun pun ke arah ke kamar mandi. Kulihat dia tengah duduk di closet bersihkan vaginanya yang basah dengan kombinasi cairan beningku serta lendir vaginanya. 

Walau air dalam bath-tub belumlah sangat dalam, saya langsung masuk serta duduk berendam sekalian bertumpu pada dinding bath-tub. Batang kemaluanku yang masih tetap keras itu pelan-pelan melemas sesudah terendam di air. Sheenapun masuk ke bath-tub serta ikut-ikutan duduk berendam. Iseng-iseng tangannya mengelus-elus batang kemaluanku untuk bersihkan lendir yang menempel di batang kemaluanku. Elusan jari-jari tangannya membuat kemaluanku kembali menegang. Dia ketawa kecil waktu rasakan ‘anuku’ berdenyut mengeras di tangannya. Sesudah dilihatnya kemaluanku telah bersih, dia katakan, “Coba mundur sedikit dong”. Akupun berjalan mundur serta bertumpu pada ujung bath-tub untuk memberikan ruangan yang lebih panjang baginya. 

Dia lantas mencabut sumbat bath-tub hingga airnya pelan-pelan menyusut. Sesudah airnya hampir habis, turun sampai setinggi biji kemaluanku, sumbatnya dipasang kembali. Sekarang batang kemaluanku ada diatas permukaan air sedang biji kemaluanku 1/2 terbenam. Tangannya kembali mengelus-elus batangku, lantas dia ambil tempat nungging di depanku. Pelan-pelan kepalanya di turunkan serta mulutnya ditempatkan ke kepala kemaluanku. Mulutnya buka lantas mencaplok kepala kemaluanku, tangan serta siku kirinya digunakan mendukung tubuhnya supaya masih menungging tengah jari-jari tangan kanannya mengocok batang kemaluanku maju mundur. Mulutnya sampai kempot mengisap kepala kemaluanku. Aduhh.. rasa-rasanya benar-benar mengagumkan. 

Tidak lama kemudian, jari-jari tangan kanannya berjalan maju menggenggam pangkal batang kemaluanku sekalian mulutnya berjalan maju-mundur. Nikmat yang kualami benar-benar tidak termasuk.. ini ialah oral sex yang ternikmat dalam hidupku. Sampai sekarang ini masih tetap yang ternikmat bagiku. Mulutnya selalu maju mundur sampai batangku terlihat memerah, lalu fokusnya diarahkan ke seputar leher kemaluanku. Dihisap-hisapnya kepala kemaluanku sampai dilehernya, digigit-gigit kecil belakang topi bajaku, lidahnya disapu-sapukan kelilingnya, lantas kepala kemaluanku dicaplok serta dihisap dengan kuat lantas dikulum-kulum. Lidahnya menari-nari di dalam mulutnya menyentuh-nyentuh lubang pipisku. Sesudah itu kembali dia maju mundurkan mulutnya akan tetapi cuma sampai dilehernya saja, tidaklah sampai kepala kemaluanku keluar. 

Rupanya Sheena ingin tunjukkan jika bukan sekedar vaginanya saja yang dapat ‘mengalahkanku’, dia ingin ‘mengalahkanku’ dengan mulutnya. Dia terus-terusan menjilat, mengulum serta mengisap batang kemaluanku sampai saya betul-betul merem melek dibuatnya. Tapi pada intinya saya memang tidak dapat ‘keluar’ dimulut wanita bila tidak kupaksakan sendiri untuk ‘keluar’ (Istriku sempat menyedotku saat 45 menit sampai lehernya pegal serta saya tidak keluar), akan tetapi Sheena tidak tahu akan kebiasaanku ini hingga dia berfikir saya tentu ‘keluar’ oleh serangannya. 

Sesudah hampir 20 menit non-stop menyerangku, dia melirikku lantas melepas mulutnya dari kepala kemaluanku. 
“Enak tidak?” tanyanya sekalian tangan kanannya masih menggenggam batangku. 
“Ini yang sangat enak dari semua,” kataku. 
“Naik kembali ke tempat tidur yuk.. tetapi gendong ya.. lelah sich,” tuturnya. 
Saya keluar dari bath-tub lantas menariknya supaya bangun lalu menggendongnya ke ranjang. Kami tidak peduli kembali jika badan kami masih tetap 1/2 basah. 

Saya kembali ada diatasnya dengan tempat push-up, dia menuntun batang kemaluanku masuk ke lubangnya, bless.. masuklah batangku. Dia memekik, “Awk..” cukup sakit sebab masih tetap seret. Saya selalu meningkatkan pantatku menyodok lubang kemaluanku. Disetiap hentakan pantatku dia tetap ramai “Awww..awww..” 

Rasa-rasanya 15 menit berlalu, kemaluanku rasa-rasanya telah berdenyut-denyut kembali, berarti saya sudah ada hampir di puncak. Supaya tidak kalah, saya kurangi ke cepatanku lantas saya meminta ubah tempat. 

Sekalian mengawasi supaya kemaluanku tidak terlepas, kami kembali, sekarang dia ada diatasku. Sesaat dia cuma duduk saja diatasku tidak berjalan. Dia rupanya nikmati denyutan batang kemaluanku. Kurasakan jepitan vaginanya bertambah seolah-olah memeras batangku. Sesudah hampir 10 menit lalu. Dia lihat saya telah ‘hampir sekarat’ sebab permainan jepitan vaginanya, dia lantas menempatkan ke-2 lenganku ke atas kepalaku serta dipegangnya dengan ke-2 tangan kanannya yang untuk menyokong tubuhnya. Mulutnya di turunkan mencium bibirku sekalian pantatnya mulai dinaik-turunkan. Puting buah dadanya yang bergantung-gantung menggesek-gesek dadaku meningkatkan sensasi nikmat serangannya. Waktu kemaluannya ditarik sampai ke leher kemaluanku jepitannya dilonggarkan, waktu ingin di turunkan dikeraskan kembali dan sebagainya. 

Sekarang saya betul-betul ‘sudah sekarat’. Dia malah percepat gerak turun naik pantatnya. Saya coba mati-matian bertahan, setiap saat pantatnya di turunkan, saya mengejang serta mendengus “Enghh.. enghh.. enghh.. enghh,” tapi saya tidak dapat bertahan kembali. Rasa-rasanya kurang dari 5 menit sesudah dia percepat turun-naik sekalian menjepit, kemaluanku berdenyut-denyut serta pada akhirnya, “Uhh..” pertahananku jebol, saya muncrat di lubang kemaluannya. Pada saat kemaluanku berdenyut menyemprot air maniku, dia selalu turun naik serta mengeraskan cincin vaginanya. Lemaslah tubuhku, semua otot-ototku rasa-rasanya lepas dari tulangku, kenikmatannya benar-benar enak.

Sheena tidak langsung bangun, dia cuma berbaring di dadaku dengan batang kemaluanku masih tetap menancap di vaginanya. Pelan-pelan batang kemaluanku melemas. Kombinasi sperma serta lendirnya mengalir keluar dari lubangnya, meleleh ke selangkanganku serta ke sprei ranjang. Dia menggeliat ke telingaku serta berbisik “Satu 0 ya..,” sekalian tersenyum. 



Pembaca, itu hari pertama kami di Kuala Lumpur. Tubuhku rasa-rasanya cukup lemah, tetapi saya masih tetap saja berfikir “Ah tidak apa-apa, mungkin sesaat kembali pun sembuh.” Hari ke-2 dan sebagainya kami masih hangat bercinta. Kadang-kadang saya masih tetap dapat “menang” akan tetapi semakin banyak “kalah”. 

Tubuhku telah lebih lemah, saya pada akhirnya sadar telah jatuh sakit. Pada hari ke delapan paling akhir sekejap sebelum tinggalkan hotel ke arah bandara, saya masih tetap nekat ‘menantangnya’ kembali dengan kemampuan paling akhir, akhirnya saya ‘kalah’ kembali. Saya telah tidak ingat berapakah score akhir kami, yang pasti saya ‘kalah’. 

Dibandara kami berpisah, pesawatku pergi dulu kembali pada Australia sedang Sheena sejam lalu kembali pada Jakarta. Dipesawat suhu tubuhku semakin naik, otot-otot tubuhku rasa-rasanya linu serta tidak bertenaga. 7 jam perjalanan hanya dapat di kursi saja lebih merepotkan. Setibanya di dalam rumah, saya betul-betul jatuh sakit, sudah sempat muntah-muntah juga. Untung waktu cuti kerjaku belumlah habis hingga tak perlu ditambah lagi cuti sakit kembali. Tapi yang sangat sebal, saya ingin tahu ditaklukkan oleh Sheena, telak kembali. Semestinya saya istirahat terlebih dulu sesudah datang di Kuala Lumpur sampai flunya hilang dahulu serta tidak langsung ngajak ‘perang’, toh masih tetap ada hari-hari esoknya. 

Sayangnya saya tidak bisa membalas kekalahanku oleh karena itu terakhirnya saya berjumpa dengannya. Pada kedatanganku ke Jakarta yang selanjutnya, saya tidak bisa menemuinya. Sekarang Dia telah geser ke Kalimantan. “Sheena” if you read this story then you should know that I could be better. But any way, no excuses, I admit that you have won!”

Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Pasutri

REPOST BY : SITUS POKER ONLINE

Rajabakarat Situs Casino Online Terpercaya Dan Terbaik Di Indonesia